The Best Will Be...

Keberhasilan adalah tantangan yang baru saja dimulai...

Cool na? :) Now Learn How to create one by Clicking here


Search


Kalimat “Guru adalah orang tuamu disekolah” sudah hampir membuat telinga para siswa tuli. Kalimat ini akan selalu dilayangkan kepada siswa, khususnya mereka siswa baru. Respon yang diberikan siswa juga tidak begitu bervariasi, jika bukan “ahhhh, iya-iya” ya pasti “iya bu/pak”. Karena mereka sudah bosan dengan perkataan yang tidak akan pernah berganti ketika mereka menghadapi suatu masalah yang melibatkan peran guru didalamnya. Satu dari banyak nasihat yang dilontarkan guru kepada siswa pasti “Kamu itu disekolah untuk belajar, bukan untuk ribut dan bermasalah. Orang tuamu menitipkan kamu ke sekolah ini untuk belajar. Kami (guru-guru) yang bertanggung jawab atas dirimu disekolah”. Mau bagaimana lagi, perkataan itu adalah perkataan yang simple, akan tetapi berbobot. Kalimat ini menunjukkan bagaimana orang tua kita memberikan kepercayaan penuh kepada yang sang pahlawan, guru.
Respon yang seperti itu juga sebenarnya menimpa saya ketika awal masuk SMA, sebagai penerima beasiswa Sampoerna Foundation. Mau bagaimana lagi, sebagai seorang siswa yang tidak terlalu dekat dengan orang tua karena beberapa faktor, saya berpendapat tidak jauh dengan pendapat itu, “Iya bu, saya sudah tahu itu”. Akan tetapi, sesuatu hal telah menyihir saya untuk mengubah pendapat yang telah mendarah daging di kaula muda. Semua itu berkat sihir kecil yang diberikan seorang malaikat yang mengajak saya ke pendapat yang lebih baik. Dia adalah guru Bahasa Indonesia di SMA saya, guru yang biasanya paling dibenci siswa SMP karena selalu ada PR yang harus dikerjakan di akhir pekan. Teman-teman biasa memanggilnya Ibu Salsal atau Bu Sal.  Itu adalah panggilan akrab yang diberikan oleh teman-teman kepada Sang Pahlawan. Sepanjang sepuluh tahun saya duduk dibangku sekolah, baru sekali dan mungkin hanya disini saya menemukan guru seperti Bu Sal. Ibu guru yang baik, murah senyum, perhatian, dan cantik. Apalagi ketika itu saya baru saja menginjakkan kaki di tempat yang bernama asrama, tempat tinggal saya selama kurang lebih tiga tahun.
                Awalnya biasa, tanpa ada kejadian seperti menjatuhkan buku dan mengambilnya dengan berbarengan, Bu Sal mengajar dan saya diajar olehnya. Akan tetapi, lama-kelamaan saya merasa ada yang berbeda dengan sekolah ini, dengan guru-guru disini. Tidak terlalu lama saya tertidur dengan pikiran yang menghantui saya, saya pun segera tersadar bahwa sekolah ini memang memiliki sinar pencerahan dan malaikat didalamnya. Disekolah ini ternyata saya tidak hanya belajar mengenai akademik atau non-akademik disekolah saja melainkan diasrama juga. Bu Sal menjadi salah satu guru yang tinggal diasrama untuk mendidik para siswa tentang kehidupan, tentang permasalahan sosial, permasalahan pribadi, serta tentang kehidupan bermasyarakat.
                “Yaaaahhh, Bindo (Bahasa Indonesia) lagi Bindo lagi. Bolos aja, yuk!” begitulah pendapat teman-teman SMP saya ketika pelajaran Bahasa Indonesia akan segera dimulai. Wajar saja, karena guru yang mengajar itu adalah guru senior yang notabenenya pasti jelek didepan siswa. Metodenya dalam mengajar simple, hanya masuk dan siswa mengerjakan tugas. Jika tidak, siswa disuruh membaca dan meringkas materi yang diajarkan pada waktu itu serta mengerjakan tugas yang diberikan pada waktu itu juga. Ketika saya bertemu Bu Sal, saya langsung tersihir dengan metodenya mengajar yang santai tapi pasti. Dia masuk dengan membawa proyektor ditangan kanannya, laptop serta alat tulis didalam tasnya sambil tersenyum dan berkata, “Haaaaiiiii, selamat pagi-selamat pagi! Apa kabar, anak-anakku?” Secara serentak siswa-siswa menjawab, “Haaaaaaiiii Ibuuuu, baik buuuu”, dan salah satu siswa akan memberikan pertanyaan balik ke Bu Sal, “Ibu apa kabar, bu? Ibu makin cantik aja” sambil tersenyum senang. Sambutan awal yang hangat untuk memulai pelajaran.
                Kurikulum yang ada disekolah saya ini tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang ada disekolah-sekolah pada umumnya. Hanya saja, sekolah saya mempunyai dua kurikulum yang diterapkan secara bersamaan, yaitu kurikulum nasional, KTSP, dan kurikulum internasional, IGCSE, dan dimulai dari pukul tujuh hingga pukul ssetengah enam sore dan dilanjutkan lagi dengan belajar mandiri dimulai pukul delapan malam hingga pukul setengah sepuluh malam. Keprofesionalitasan guru-guru serta staf sekolah saya sangatlah patut ditiru oleh guru-guru lainnya. Mereka mengajar dengan sungguh-sungguh hingga tetes keringat mereka mengalir seperti sungai kebahagiaan. Seperti halnya Ibu Salsal, ia mengajar dengan metode yang sangat berbeda dibandingkan dengan guru pada umumnya. Ibu Salsal mengajar dengan santai dan ia memahami keadaan siswa-siswanya. Ada kalanya siswa merasa jenuh dengan pelajaran yang ada, bukan karena mereka tidak ada kemauan belajar, tetapi karena terkadang otak para siswa telah jenuh dengan pelajaran-pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Pada keadaan seperti itu, Ibu Salsal memutarkan beberapa video yang mendidik, video lucu, atau video yang memberikan motivasi kepada para siswa untuk belajar lebih giat. Ada kalanya Ibu Salsal memutarkan sebuah film sebagai alat pembelajaran sehingga siswa akan berdiskusi setelahnya. Sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Untuk topik-topik tertentu, seperti drama, pidato, dan pembacaan puisi, ia mengemasnya dalam satu pembelajaran. Sehingga dalam satu waktu kita telah menguasai tiga materi dengan praktik. Hal-hal seperti itu sudah tergolong biasa disekolah saya. Membuat display, presentasi, dan diskusi telah diterapkan secara penuh dalam pembelajaran. Sehingga budaya mencontek tidak tersentuh oleh siswa-siswa disekolah saya. Dengan perlakuan yang seperti itu siswa menjadi segan untuk mencontek.
                Dalam satu setengah tahun pertama, saya dan teman-teman saya diberikan kurikulum internasional, IGCSE. Kita belajar menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Di lingkungan asrama pun kita, guru dan siswa, menggunakan Bahasa Inggris dalam berbincang. Kecuali pada saat pelajaran Bahasa Indonesia, kita menggunakan Bahasa Indonesia secara penuh. Disana, siswa tidak hanya dibekali dengan ilmu akademik saja. Akan tetapi, softskill seperti berbicara didepan umum, memimpin, dan aktif dalam kegiatan sosial. Ada satu ekstra kurikuler wajib, yaitu Learning to Live, yang harus siswa jalani selama tiga tahun. Pada ekstra kurikuler itu siswa akan melakukan kegiatan sosial seperti mengajar di sekolah dasar (SD), mengunjungi panti jompo, dan lain-lain sesuai dengan minat siswa. Para siswa juga telah dibekali bagaimana cara menjadi seorang pemimpin, dengan mempelajari 7 Habits. Dalam pengaplikasiannya para siswa bisa menerapkannya pada organisasi-organisasi, ekstra kurikuler, dan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah maupun siswa.
                Pada satu setengah tahun berikutnya, saya dan teman-teman mempelajari kurikulum nasional, KTSP. Keadaan tak banyak berubah seiring beralihnya kurikulum. Hanya bahasa pengantarnya saja yang berubah dari Bahasa Inggris menjadi Bahasa Indonesia. Selama tiga tahun belajar disana saya sebagai seorang siswa bangga menjadi seorang siswa dan merasa beruntung bisa sekolah, apalagi disekolah yang luar biasa hebat. Dari pengalaman guru-guru kami belajar. Walaupun kami angkatan pertama yang lulus dari SMA Negeri Sumatera Selatan (Sampoerna Academy), tetapi kami bangga dengan kelulusan 100% pada UN dan mempunyai teman-teman yang semuanya melanjutkan sekolah diluar negeri, perguruan tinggi negeri, dan beberapa di perguruan tinggi swasta di Indonesia. Pengalaman terbaik yang telah saya alami disana telah mengubah pola pikir saya. Dengan metode yang berbeda, para guru disekolah saya menjadi sesosok malaikat yang mengubah kepompong menjadi kupu-kupu dengan bekal yang cukup untuk melanjutkan kehidupan fase berikutnya. Bu Sal menjadi sosok malaikat yang mampu mengubah kepompong itu menjadi kupu-kupu yang siap berkelana. Sampai kapanpun, jasa seorang guru tak bisa diwakilkan dengan apa-apa kecuali membuatnya bahagia dengan mengaplikasikan ilmu yang telah mereka berikan. Guruku pahlawanku.
Perpisahan Intake 2009

Join Us!

Taf. Powered by Blogger.

Total Pageviews

Open Cbox

Popular Posts

Blog Archive